Senin, 10 Oktober 2011

OPERETE FANTASI

Hari ini ...
tak kulihat lagi lentik jemarimu..
memainkan dawai kecapi di hatiku
atau memang tak akan pernah lagi..
menggetarkan harpa yang tlah usang
dan enggan berdentang dalam jiwaku ..
kesetan biolamu  yg lirih
tak membuatku terenyuh lagi

Apakah relung ini sudah tak peka lagi..?
karena matahari terlalu terik ..!
memahatkan bara dalam sirnanya rasa..
serulingmu tak lagi sendu kudengar
sebab angan tak pernah jernih kurasa
dalam jenuhnya kalbu.. berserabut haru..

Semua lagu pilu hanya  sandiwara basimu saja
agar aku terlelap dalam mimpi yang tak berkesudahan ...
ambilah mimpimu untuk dirimu..!
jangan berikan padaku mimpi selaksa dusta    ..! 
aku tak kan pernah terkesiap apalagi terperangah
dengan opereta fantasi bualanmu..

Kau tak kan pernah bisa mengusikku lagi
dengan canda tawa dan lamunan  ambigu..! 

Kupersilahkan kau bawa mimpi absurdmu itu
ke dalam kerak lautan abstrakmu..

Maaf .. aku tak bisa membeli mimpimu yang imitasi itu..

(Bumi Parahyangan, 13 Februari 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar