Kamis, 20 September 2012

Jenderal Pramuka dan Pendidikan


Jenderal Pramuka dan Pendidikan
Pekerjaan Utama:
Gubernur Jawa Barat (1960-1970)




Letjen TNI (Purn) H Mashudi, mantan Gubernur Jawa Barat (1960-1970) dan mantan Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka (1978-1993), meninggal dunia ) Rabu 22 Juni 2005 pukul 11.10 WIB di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Jenazah tokoh Pramuka kelahiran Garut 11 September 1920, itu dikebumikan Kamis 23 Juni 2005 pukul 10.00 WIB di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung, Jawa Barat.

Sesepuh masyarakat Jawa Barat yang pernah menjabat Wakil Ketua MPRS (1966-1970) itu pada 19 Juni 2005 berangkat dari Bandung menuju Jakarta untuk menghadiri pemilihan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Namun, di tengah perjalanan ia mengalami serangan jantung dan dilarikan ke RS PMI Bogor. Karena kondisinya tidak membaik, kemudian Selasa (21/6) dibawa ke RSPAD. Namun tidak tertolong dan meninggal dunia dalam usia 86 tahun.
Kemudian, jenazahnya dalam peti jenazah yang diselimuti bendera merah putih dibawa ke rumah duka di Jln. Ir. H. Juanda 115 Bandung dengan pengawalan militer, Rabu (22/6).
Dia seorang tokoh yang aktif dalam dunia kepanduan. Lulusan Technische Hogeschool, Bandung, itu dikenal sangat dekat di hati anak-anak muda. Dia telah aktif dalam jabatan struktural Gerakan Pramuka sejak 1961, sebagai Ketua Majelis Pembimbing Pramuka Jawa Barat, tatkala dia menjabat Gubernur Jabar (1960-1970).
Dia pun sempat menjabat Wakil Ketua MPRS (1967-1972). Kemudian 1974, dipercaya menjadi Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jabar dan ditunjuk menjadi Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka. Lalu sempat menjabat Pjs Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka menggantikan Sarbini (1974-1978. Dalam Munas Gerakan Pramuka di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 1978, dia terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka hingga 1993.
Mashudi, ayah dua anak dari hasil perkawinannya dengan Ny Yetty Rochyati, ini seorang tokoh yang sangat peduli pada pendidikan. Tokoh yang sangat disiplin ini antara lain berjasa besar kepada UPI. Dia menjadi dewan penyantun UPI selama puluhan tahun. Bahkan, dalam keadaan sakit, dia berusaha untuk ikut dalam pemilihan rektor UPI.
Dia selalau berpesan agar berpikir untuk masa depan! Menurutnya, orang akan cepat pikun jika selalu berpikir masa lalu. Prinsip hidup anak keenam dari 11 bersaudara pun sederhana. Prinsip itu dia terima dari ayahnya, Masdan Nataatmadja, yang selalu menekankan tidak akan mewariskan harta, tetapi akan mewariskan ilmu kepada anak-anaknya. e-ti/tsl

Senin, 03 September 2012

Bang Ali Sadikin

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9d/Ali_Sadikin.jpg

Ali Sadikin (lahir di Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927 – meninggal di Singapura, 20 Mei 2008 pada umur 80 tahun)[1] adalah seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno. Ali Sadikin menjadi gubernur yang sangat merakyat dan dicintai rakyatnya. Karena itu ia disapa akrab oleh penduduk kota Jakarta dengan panggilan Bang Ali sementara istrinya, Ny. Nani Sadikin, seorang dokter gigi, disapa Mpok Nani.

Gubernur Jakarta

Ali Sadikin adalah gubernur yang sangat berjasa dalam mengembangkan Jakarta menjadi sebuah kota metropolitan yang modern. Di bawah kepemimpinannya Jakarta mengalami banyak perubahan karena proyek-proyek pembangunan buah pikiran Bang Ali, seperti Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, kota satelit Pluit di Jakarta Utara, pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet, dll. Bang Ali juga mencetuskan pesta rakyat setiap tahun pada hari jadi kota Jakarta, 22 Juni. Bersamaan dengan itu berbagai aspek budaya Betawi dihidupkan kembali, seperti kerak telor, ondel-ondel, lenong dan topeng Betawi, dsb.
Ia juga sempat memberikan perhatian kepada kehidupan para artis lanjut usia di kota Jakarta yang saat itu banyak bermukim di daerah Tangki, sehingga daerah tersebut dinamai Tangkiwood.
Selain itu, Bang Ali juga menyelenggarakan Pekan Raya Jakarta yang saat ini lebih dikenal dengan nama Jakarta Fair, sebagai sarana hiburan dan promosi dagang industri barang dan jasa dari seluruh tanah air, bahkan juga dari luar negeri. Ali Sadikin berhasil memperbaiki sarana transportasi di Jakarta dengan mendatangkan banyak bus kota dan menata trayeknya, serta membangun halte (tempat menunggu) bus yang nyaman.
Di bawah pimpinan Bang Ali, Jakarta berkali-kali menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) yang mengantarkan kontingen DKI Jakarta menjadi juara umum selama berkali-kali.
Salah satu kebijakan Bang Ali yang kontroversial adalah mengembangkan hiburan malam dengan berbagai klab malam, mengizinkan diselenggarakannya perjudian di kota Jakarta dengan memungut pajaknya untuk pembangunan kota, serta membangun kompleks Kramat Tunggak sebagai lokalisasi pelacuran. Di bawah kepemimpinannya pula diselenggarakan pemilihan Abang dan None Jakarta.
Masa jabatan Ali Sadikin berakhir pada tahun 1977, dan ia digantikan oleh Letjen. Tjokropranolo.

Setelah Tidak Menjadi Gubernur


Ali Sadikin di masa tuanya
Setelah berhenti dari jabatannya sebagai gubernur, Ali Sadikin tetap aktif dalam menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk pembangunan kota Jakarta dan negara Indonesia. Hal ini membawanya kepada posisi kritis sebagai anggota Petisi 50, sebuah kelompok yang terdiri dari tokoh-tokoh militer dan swasta yang kritis terhadap pemerintahan mantan Presiden Soeharto.

Meninggal

Bang Ali meninggal di Singapura pada hari Selasa, 20 Mei 2008. Dia meninggalkan lima orang anak lelaki dan istri keduanya yang ia nikahi setelah Nani terlebih dahulu meninggal mendahuluinya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, anak sulung mantan presiden Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana turut hadir melayat ke rumah duka.
Jenazahnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir.